Bentakkan itu terdengar semakin
keras, asalnya tak jauh dari sini. Entah apa yang sedang diributkan. Kadang
disusul suara benda dibanting. Kejadian
terserbut terjadi pada suatu sore, di salah satu gang kompleks rumah, setengah
jam sebelum adzan maghrib. Banyak orang
lalu-lalang di gang itu, mungkin mereka selesai bekerja, atau kegiatan lain
yang mengharuskan mereka berada di luar rumah.
Bentakkan itu berasal dari
seorang pria dan wanita di salah satu rumah warga di situ. Yang kutau, mereka
menjadi suami-istri dan tinggal di sini sejak lama. Sepertinya mereka sedang
meributkan masalah pribadi, lagi. Jarak teriakan mereka bahkan masih tedengar
hingga lima rumah di sekitarnya. Lumayan keras untuk membangunkan bayi yang
terlelap saat itu.
Warga yang ada di sekitar situ,
walaupun tak sengaja, pasti mendengar teriakan tersebut. Ada seseorang yang
baru pulang dari tempat usaha laundry-nya; seseorang yang baru selesai bekerja
kuli bangunan; pengangguran yang beringsut keluar dari persembunyian, kembali
berkumpul di perempatan jalan; seorang penjual mie ayam keliling mendekati
mereka, menggodanya dengan aroma barang dagangannya. Mereka bersikap biasa saja
, seolah tak terjadi apapun.
Sudah bertahun-tahun kami
mengenal pasangan suami-istri itu. Bahkan kami sudah terbiasa dengan tabiat
mereka. Walaupun demikian, aku tak habis pikir mereka tak belajar dari
pengalaman yang sudah-sudah dan meributkan hal yang sama. Suami-istri itu tak
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain tak pernah rukun, mereka
pun merasa tak punya andil untuk ikut menjaga kenyamanan dan ketenangan
lingkungan di situ.
Bagaimanapun juga, mereka
tetaplah manusia. Sudah menjadi kodrat bahwa manusia tak ada yang sempurna.
Ketidaktauan, ketidakpekaan, dan ketidakpedulian orang-orang seperti itu adalah
hasil dari rentetan kebiasaan, kondisi lingkungan, dan berbagai pengalaman masa
lalu; yang membentuk karakter setiap orang.
2 comments
salam ukhuwah dari bunda...
jiran2 saya kalau bergaduh suami isteri, di dalam stor bawah tanah mungkin...