Anda mempunyai karya nukilan sendiri? Berminat untuk dipaparkan dan menjadi penulis jemputan di Warna Kaseh? Hantarkan karya anda di warnakaseh@gmail.com. Kami akan menerima semua genre penulisan dan juga bahasa.
ZINE SULUNG WARNA KASEH SUDAH BERADA DI PASARAN. HANYA DENGAN RM8, ANDA BOLEH MEMBACA 32 CERPEN TERBAIK PENULIS WARNA KASEH DI ZINE PILIHAN! JADI APA TUNGGU LAGI? TIADA CETAKAN KE-DUA UNTUK ZINE INI. BELILAH SEMENTARA MASIH ADA STOK.

UNTUK MEMBELI ZINE PILIHAN, ANDA BOLEH MERUJUK DI BAHAGIAN ZINE.

Monday 12 November 2012

Renungan dan Kedewasaan


Aku menulis ini beberapa jam setelah muadzin mengumandangkan adzan isya'. Saat adzan isya' tadi, suara-suara panggilan itu tak terdengar jelas karena tersamarkan bisingnya suara musik dari kamar teman satu kosku. Yah mau gimana lagi, mungkin mereka gak tau, atau memang gak mau tau. Biarlah, bukan aku yang menentukan dosa-tidaknya.

Bicara soal musik keras, aku jadi teringat masa mahasiswa baru ketika saat itu aku suka menyetelnya dengan keras. Tak peduli bagaimana perasaan teman kamar sebelah kanan dan kiri, dan sebelahnya lagi, hingga kontrakan seberang gang kecil pun suara musik kerasku masih terdengar. Walaupun demikian, aku masih mau tau kapan saat suara musik kupelankan dan kapan kukeraskan kembali; adzan berkumandang dan waktunya orang istirahat.

Sudah tiga tahun lamanya sejak saat itu. Aku mulai pelankan suara musikku, karena kupikir... lagu yang kuputar keras belum tentu orang lain yang mendengarkan akan menyukai. Walaupun lagu itu mereka sukai pun belum tentu momen yang tepat untuk diperdengarkan, mungkin mereka butuh ketenangan untuk berkonsentrasi tentang sesuatu hal.

Sebenarnya ada banyak sebab yang membuat sudut pandang dan kebiasaan seseorang berubah. Aku belum tau jalan yang lain, tapi yang kualami sendiri yang menyebabkannya adalah perenungan. Kadangkala... bahkan seringkali, aku flashback sejenak kejadian hari ini dari tadi pagi hingga malamnya apa dan bagaimana perbuatanku itu berjalan: bila dirasa ada yang kurang, rencana ke depan akan kutambahi; bila ada yang salah, akan kuperbaiki di kesempatan yang lain.

Kembali tentang teman-teman satu kosku yang menyebalkan itu. Walaupun mereka berada semester yang sama sepertiku, tapi umur mereka selisih empat hingga lima tahun di bawahku. Sebenarnya umur tidak mempengaruhi banyak-tidaknya pengalaman yang didapat, tapi siapa yang paling cepat mengambil hikmah itulah proses kedewasaan yang sebenarnya. Mungkin di satu sisi aku yang dewasa, di lain sisi bisa saja mereka lebih dewasa soal pengalaman.

Yaaah... jadi biarkan saja mereka terus menyetel musik sekerasnya, nanti ada saatnya pula mereka akan berpikir sama, atau bahkan lebih baik dariku. Sementara itu aku semakin terbiasa mendengar debum hantaman bass yang menggetarkan dinding-dinding kamarku.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...