Tak terasa kita telah bertemu bulan ramadhan, bulan penuh berkah yang selalu datang setahun sekali. Di mana ummat Islam berlomba beribadah untuk mencari pahala dan ridha Alloh. Apa sih yang menyebabkan bulan ini orang lebih bersemangat dalam beribadah? Alloh menjanjikan bahwa amalan baik sekecil apapun yang dilakukan akan diganjar berkali lipat; tidur pun dinilai sebagai ibadah; dan anugrah lain yang Dia berikan.
Lena dan Yofi adalah kakak beradik yang rukun. Mereka senang sekali menyambut bulan penuh berkah ini dengan kebiasaan rutin yang akan mereka lakukan: kegiatan sekolah tidak seberat hari biasanya; makan dan minum hanya dua kali—pada waktu berbuka dan sahur; menu makanannya pun sedikit lebih mewah di bulan ini; mereka berdua akan lebih lama berada di luar rumah pada malam harinya—ngaji di masjid dekat rumah mereka, kemudian diteruskan sholat tarawih setelah sholat ‘isya, hingga pulang lebih malam lagi karena mereka menyempatkan tadarus dulu. Hampir selama sebulan penuh mereka melakukan itu.
Ada beberapa kejadian yang membuat Lena dongkol karena perbuatan Yofi, saat pulang sekolah dia sering dikagetkan dengan suara petasan yang dibeli Yofi. Karena itulah, Lena ingin banget pulang diam-diam tanpa sepengetahuannya ke rumah karena sebal bila dikerjai seperti itu, tapi Yofi begitu sabarnya menunggu Lena keluar dari pintu gerbang sekolah—karena hanya pintu gerbang depan lah satu-satunya akses keluar-masuk—menguntit dan mengagetkannya dengan petasan.
“Kenapa gak orang lain aja sih?! Masih banyak orang di jalanan yang kamu temui untuk dikerjai!” Lena mencoba mengalihkan ketertarikan Yofi untuk menghentikan bullying ini padanya. Sesengalan, sambil menata irama napasnya yang masih berantakan itu.
“Kerjain kamu tuh menyenangkan!”
Tapi sorenya, mereka tetap ngaji dan sholat serta tadarus bersama, layaknya tak pernah terjadi hal jelek sebelumnya. Yah... sepertinya hal yang memang kecil tak perlu diperpanjang, apalagi diperbesar. Kalau seperti itu mah spesialisasi si dokter kelamin!
Anak-anak kebanyakan pasti sudah tenggelam dalam dunianya masing-masing sehingga membuat dinding tebal tak terlihat yang menjulang tinggi saat mereka sudah memasuki dunia SMP. Namun, mereka tetap rukun; bisa saling mengingatkan; berani meminta maaf karena salah, sekaligus memaafkan bila yang lainnya melakukan salah. Kehidupan Lena dan Yofi ini seperti langit dan bumi, beda banget, tapi dari situlah mereka bisa saling mengisi!
Lena hobby menikmati musik; bermain gitar sambil menyanyi; menulis cerita; dan membuat kerajinan tangan. Sedangkan si Yofi cenderung suka basket; break dance; dan kegiatan olahraga lainnya. Saat puasa gini, Yofi lebih memilih nongkrong dengan anak-anak ngaji lainnya menjelang sholat magrib saat kelas mengaji selesai, dan Lena pulang sejenak untuk membantu mamanya menyiapkan hidangan berbuka di rumah. Pada saat-saat tertentu, mereka saling mendatangi yang lainnya, misalnya ketika si Yofi yang nyamperin Lena di kamarnya...
“Len, lagi main musik apa sih, kedengaran bagus banget ampe kamarku lho”
“Apaan sih, biasa aja dong. Bilang aja jelek! Orang aku lagi belajar kunci gitar baru dari lagu keren ini nih” Dia menunjuk lyrics lagu pada selembar kertas di depannya.
“Wow, lagu keren nih! Tapi aku belum pernah denger.... Kamu ada lagunya kah?” Sambil meringis, dia mencoba merayu kakaknya yang tengah merajuk karena tersindir.
Mereka saling memasuki dunia yang lainnya agar komunikasi di antara mereka tetap terjaga. Walaupun hanya dengan sebuah pertanyaan... Sekedar ingin tau. Itu membuktikan Lena maupun Yofi tidak menutup matanya untuk saling cuek.
~
Tak terasa saat-saat Iedul Fitri akan datang seminggu lagi. Dalam rentang waktu tersebut, ada satu malam yang Alloh janjikan akan diampuni dosa seorang hambanya di tahun-tahun lalu dan yang akan datang, Lailatul Qadar. Sehingga, ibadah dan amalan baik yang kita lakukan selama bulan Ramadhan akan dibalas lebih dan lebih lagi saat malam tersebut.
Lena dan Yofi tak bosannya melakukan rutinitas yang dilakukannya selama hampir sebulan ini. Mereka sedikit menyayangkan saat indah seperti ini harus berakhir. Bukan karena makanan istimewa yang jarang mereka makan di luar bulan Ramadhan, tapi ya itu...! Karena mereka mendapat lebih banyak kesempatan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya.
***
Mereka tetap ingat bahwa perjalanan mereka masih panjang. Perlu ada keseimbangan antara kehidupan rohaniah dengan duniawi. Mungkin sekarang mereka masih tak perlu berpikir ke mana dan dari mana mereka mendapat dan makan makanan enak, tapi perlahan mereka sadar itu semua pemberian dari orangtuanya, dan mereka juga akan menjadi seperti orangtuanya—mempunyai anak, pasangan, dan bekerja. Bagaimana mungkin kita ber-Haji bila kita tak mengumpulkan biaya dari bekerja; bagaimana mungkin kita bisa menjalankan kewajiban sebagai hamba Alloh bila lemas karena tak berbiaya untuk beli makanan; bagaimana pula kita bisa mencari makan dengan cara Halal bila tak mengakui diri adalah hamba Alloh? Jadi... yang mana lebih dulu, antara telur dengan ayam? Kesemuanya dari kita yang mengawali adalah Niat-dan-usaha-nya! Di luar itu, yang absolut itu tetap Alloh dong, Dia-lah Awal, dan Dia pulalah Yang Mengakhiri. Nah bingung kan?! Sama...!
Lena dan Yofi adalah kakak beradik yang rukun. Mereka senang sekali menyambut bulan penuh berkah ini dengan kebiasaan rutin yang akan mereka lakukan: kegiatan sekolah tidak seberat hari biasanya; makan dan minum hanya dua kali—pada waktu berbuka dan sahur; menu makanannya pun sedikit lebih mewah di bulan ini; mereka berdua akan lebih lama berada di luar rumah pada malam harinya—ngaji di masjid dekat rumah mereka, kemudian diteruskan sholat tarawih setelah sholat ‘isya, hingga pulang lebih malam lagi karena mereka menyempatkan tadarus dulu. Hampir selama sebulan penuh mereka melakukan itu.
Ada beberapa kejadian yang membuat Lena dongkol karena perbuatan Yofi, saat pulang sekolah dia sering dikagetkan dengan suara petasan yang dibeli Yofi. Karena itulah, Lena ingin banget pulang diam-diam tanpa sepengetahuannya ke rumah karena sebal bila dikerjai seperti itu, tapi Yofi begitu sabarnya menunggu Lena keluar dari pintu gerbang sekolah—karena hanya pintu gerbang depan lah satu-satunya akses keluar-masuk—menguntit dan mengagetkannya dengan petasan.
“Kenapa gak orang lain aja sih?! Masih banyak orang di jalanan yang kamu temui untuk dikerjai!” Lena mencoba mengalihkan ketertarikan Yofi untuk menghentikan bullying ini padanya. Sesengalan, sambil menata irama napasnya yang masih berantakan itu.
“Kerjain kamu tuh menyenangkan!”
Tapi sorenya, mereka tetap ngaji dan sholat serta tadarus bersama, layaknya tak pernah terjadi hal jelek sebelumnya. Yah... sepertinya hal yang memang kecil tak perlu diperpanjang, apalagi diperbesar. Kalau seperti itu mah spesialisasi si dokter kelamin!
Anak-anak kebanyakan pasti sudah tenggelam dalam dunianya masing-masing sehingga membuat dinding tebal tak terlihat yang menjulang tinggi saat mereka sudah memasuki dunia SMP. Namun, mereka tetap rukun; bisa saling mengingatkan; berani meminta maaf karena salah, sekaligus memaafkan bila yang lainnya melakukan salah. Kehidupan Lena dan Yofi ini seperti langit dan bumi, beda banget, tapi dari situlah mereka bisa saling mengisi!
Lena hobby menikmati musik; bermain gitar sambil menyanyi; menulis cerita; dan membuat kerajinan tangan. Sedangkan si Yofi cenderung suka basket; break dance; dan kegiatan olahraga lainnya. Saat puasa gini, Yofi lebih memilih nongkrong dengan anak-anak ngaji lainnya menjelang sholat magrib saat kelas mengaji selesai, dan Lena pulang sejenak untuk membantu mamanya menyiapkan hidangan berbuka di rumah. Pada saat-saat tertentu, mereka saling mendatangi yang lainnya, misalnya ketika si Yofi yang nyamperin Lena di kamarnya...
“Len, lagi main musik apa sih, kedengaran bagus banget ampe kamarku lho”
“Apaan sih, biasa aja dong. Bilang aja jelek! Orang aku lagi belajar kunci gitar baru dari lagu keren ini nih” Dia menunjuk lyrics lagu pada selembar kertas di depannya.
“Wow, lagu keren nih! Tapi aku belum pernah denger.... Kamu ada lagunya kah?” Sambil meringis, dia mencoba merayu kakaknya yang tengah merajuk karena tersindir.
Mereka saling memasuki dunia yang lainnya agar komunikasi di antara mereka tetap terjaga. Walaupun hanya dengan sebuah pertanyaan... Sekedar ingin tau. Itu membuktikan Lena maupun Yofi tidak menutup matanya untuk saling cuek.
~
Tak terasa saat-saat Iedul Fitri akan datang seminggu lagi. Dalam rentang waktu tersebut, ada satu malam yang Alloh janjikan akan diampuni dosa seorang hambanya di tahun-tahun lalu dan yang akan datang, Lailatul Qadar. Sehingga, ibadah dan amalan baik yang kita lakukan selama bulan Ramadhan akan dibalas lebih dan lebih lagi saat malam tersebut.
Lena dan Yofi tak bosannya melakukan rutinitas yang dilakukannya selama hampir sebulan ini. Mereka sedikit menyayangkan saat indah seperti ini harus berakhir. Bukan karena makanan istimewa yang jarang mereka makan di luar bulan Ramadhan, tapi ya itu...! Karena mereka mendapat lebih banyak kesempatan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya.
***
“Hiduplah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seorang yang melintas sebuah jalan”
—HR. al-Bukhori.
Mereka tetap ingat bahwa perjalanan mereka masih panjang. Perlu ada keseimbangan antara kehidupan rohaniah dengan duniawi. Mungkin sekarang mereka masih tak perlu berpikir ke mana dan dari mana mereka mendapat dan makan makanan enak, tapi perlahan mereka sadar itu semua pemberian dari orangtuanya, dan mereka juga akan menjadi seperti orangtuanya—mempunyai anak, pasangan, dan bekerja. Bagaimana mungkin kita ber-Haji bila kita tak mengumpulkan biaya dari bekerja; bagaimana mungkin kita bisa menjalankan kewajiban sebagai hamba Alloh bila lemas karena tak berbiaya untuk beli makanan; bagaimana pula kita bisa mencari makan dengan cara Halal bila tak mengakui diri adalah hamba Alloh? Jadi... yang mana lebih dulu, antara telur dengan ayam? Kesemuanya dari kita yang mengawali adalah Niat-dan-usaha-nya! Di luar itu, yang absolut itu tetap Alloh dong, Dia-lah Awal, dan Dia pulalah Yang Mengakhiri. Nah bingung kan?! Sama...!
1 comment
selamat berpuasa!